Sunday, August 31, 2008

Ulat

By : Kelik Supriyanto

Begitu mendengar kata ulat, yang ada dalam bayangan kita yaitu hewan kecil berbulu yang dapat membuat kulit kita gatal-gatal. Tidak semua ulat mempunyai bulu yang beracun, ada ulat yang kulitnya malah mulus seperti bentuk makanan khas Kotagede Kipo. Ulat adalah salah satu fase untuk menjadi kupu-kupu.

Diibaratkan Indonesia sebagai sebuah bangsa yang sedang mengalamai metamorfosa, ada fase telor, ulat, kepompong, atau kupu-kupu. Jaman Orde Lama diibaratkan sebuah telor yang sedang menetas dari penjajahan butuh waktu untuk bisa berpikir kemana bangsa ini akan dibawa, jaman Orde Baru berubah menjadi ulat kapital yang melalap sumberdaya alam dan sosial. Hutan, tambang dan mineral lainnya telah digerogoti ulat-ulat dalam negeri maupun ulat-ulat mancanegara sampai mereka jadi gemuk dan buncit. Lha sekarang setelah kenyang lalu kita dipaksa menjadi kepompong tidak makan tidak minum. Sedangkan masyarakat belum siap untuk prihatin. Lha gimana, tidak ada yang dimakan sehingga banyak kasus ibu yang membunuh anaknya karena merasa tidak mampu menanggung masa depannya. Dan, sialnya lagi, presidennya sukanya marah-marah melulu, tidak menyadari akan ketololan dirinya sendiri. Jangan-jangan sebagai bangsa kita tidak sempat jadi kupu-kupu karena sudah mati kelaparan duluan. Semoga tidak.











ulat bulu













kepompong












ngengat












kupu-kupu

Wednesday, August 20, 2008

Pantai Depok

by : Kelik Supriyanto

Pantai depok merupakan tempat wisata baru yang sedang naik daun. Pantai yang terletak sekitar 1 km barat pantai Parangtritis ini menyediakan aneka seafood yang siap dihidangkan. Pantai yang awalnya hanya perkampungan nelayan sepi berubah menjadi tempat makan para birokrat.

Alunan gelombang dengan riak-riak air laut menuju pantai menjadi suguhan menarik bagi keluarga maupun rombongan mahasiswa. Kapal-kapal nelayan yang bersandar di pantai menjadi tontonan wisatawan. Nelayan dengan kapal fiberglas beraneka warna bertaruh dengan maut mengarungi lautan luas hanya untuk mendapatkan beberapa kilo ikan. Sedang anak istrinya hanya bisa menunggu berharap suaminya selamat sampai di rumah.

Ikan yang kita makan itu adalah jerih payah keringat para nelayan tersebut. Akibat kenaikan harga BBM membuat nelayan semakin menderita. Kenaikan biaya operasional menjadikan mereka tidak kuat membeli bahan bakar yang menjadi penggerak kapal motor mereka. Ironi memang, negara pengimpor minyak seperti Indonesia ternyata masyarakatnya susah mendapatkan minyak. Kemana saja minyak kita ? Sudah tergadai ke negara lain. Yang tersisa hanya awan hitam kemiskinan yang menggantung di atas negara bernama Indonesia.











alam pantai











kapal nelayan














ikan bakar











pedagang kaki lima













menghadang laut











rumput pantai













sunset












gerbang samudera












kampung nelayan













asyik

Tuesday, August 12, 2008

Hantu

By : Kelik Supriyanto

Hantu menurut Clifford Geertz adalah makluk halus yang terdiri dari memedi, lelembut dan tuyul. Memedi adalah makluk halus yang kerjanya hanya menakut-nakuti orang. Gendruwo adalah memedi berbentuk laki-laki hitam besar dan bisa menirukan bentuk anggota keluarga. Wewe adalah memedi berbentuk perempuan suka menggondol anak kecil yang sedang rewel dan dibawa ke atas pohon besar. Wedon, berbentuk wanita memakai kain putih yang di barat disebut ghost. Sundel bolong berbentuk wanita cantik dengan rambut memanjang sampai ke pantat dengan lubang di punggungnya, sering menggoda lelaki iseng pada malam hari.

Lelembut adalah jenis makluk halus yang suka masuk kedalam tubuh orang dan menyebabkan kesurupan. Beberapa waktu terakhir di televisi ditayangkan adanya kesurupan di berbagai sekolah menengah. Menurut perbincangan masyarakat hal tersebut disebabkan makluk halus penunggu sekolah tersebut marah karena keberadaannya mulai diganggu para siswa. Sedang tuyul adalah makluk halus yang suka mencuri uang. Orang kaya di pedesaan sering dituduh memelihara tuyul untuk mendapatkan kekayaannya. Kemungkinan disebabkan karena kecemburuan sosial saja.

Kalau dahulu sebangsa hantu selalu bersembunyi di tempat yang gelap dan angker, sekarang malah ada di tempat shooting untuk tayangan film Jelangkung, Suster Ngesot, Kuntilanak, Pocong, Sundel Bolong, Bangsal 13, Lantai 13. Memang benar film Indonesia telah bangkit dari kubur. Para hantu ini telah beramai-ramai muncul di kegelapan gedung bioskop untuk mengumpulkan rupiah dari orang-orang yang kangen akan rasa takut. Rasa takut pun sekarang harus beli. Atau datang saja di perayaan sekaten di Alun-alun utara Yogyakarta setiap bulan Mulud. Berbagai macam makluk halus akan muncul di Rumah Hantu untuk menakut-nakuti anda.

Ketakutan akan berbagai macam hantu telah lama berlangsung di Indonesia. Zaman Soekarno dikenal dengan hantu nekolim, yang harus diganyang sampai negeri tetangga. Di zaman Orde Baru ada ketakutan adanya hantu komunisme, yang harus ditumpas sampai ke akar-akarnya. Era 90-an terjadi perburuan setan-setan gundul. Apakah memang berbahaya hantu jenis ini sehingga perlu dibentuk tim khusus atau menurut pengakuan mereka, "menculik atas dasar hatinurani." Saat ini hantu yang sedang ditakuti namanya hantu terorisme. Perburuan hantu jenis ini sudah melibatkan negara adikuasa dan telah menjadi wacana internasional.

















Hantu Pocong















Hantu pemakan daging
















Hantu gantung

















Hantu buto ijo
















Hantu pemakan manusia

















Hantu hijau dan putih
















Hantu kerdil dan hantu tengkorak