By : Kelik Supriyanto
Dangdut selalu identik dengan goyangan. Dangdut tanpa goyangan ibarat sayur tanpa garam. Penontonpun bebas bergoyang menyalurkan pepat hati, menuruti naluri, terjun dalam kebahagiaan diri, menikmati kebebasan alami, hanyut dalam alunan musik dangdut.
Perkara goyang ini menimbulkan pro dan kontra dalam masyarakat. Yang mengecam goyangan erotis menganggap bahwa goyangan ini dapat merusak moral bangsa. Mereka menuduh bahwa yang datang menonton musik dangdut tidak untuk mengapresiasi musiknya tetapi untuk memuaskan syahwat dan birahi mereka. Dan, bila penyanyinya tidak bergoyang erotis, disuruhnya turun panggung.
Bagi yang setuju, dengan bergoyang penyanyi dangdut akan dapat popularitas dan penonton mendapatkan hiburan. Sensualitas telah menjadi ajang katarsis atas beban kehidupan yang semakin sulit. Dangdut terbukti ampuh meninabobokkan masyarakat yang sedang menderita. Apalagi tema lagu dangdut yang berkisar seputar masalah percintaan dan balada kehidupan sangat cocok dengan nurani golongan masyarakat menengah kebawah yang sedang menghadapi kenaikan harga-harga akibat naiknya BBM.
Maka, berpahalalah OM Maulana yang pentas di arena Festival Kesenian Yogyakarta 2008, telah menjadi penghibur bagi masyarakat Yogyakarta untuk sejenak melupakan beban kehidupan, yang terbayang di depan mata. Goyang mas, ser ser ser…..
goyang kayang 45 o
goyang kayang 90 o
nonton goyang
goyang tangan
goyang bareng
goyang pinggang
trio goyang
pasukan goyang
kontes goyang
simbah nonton
bule motret
100 % close up
panggung goyang